Di zaman serba modern ini, ada
sebagian kalangan di antara umat ini yang mengenyampingkan pendidikan agama
untuk anak-anaknya. Padahal pendidikan pertama yang harus diterima si anak
adalah pendidikan agama. Pendidikan ini begitu pentingnya sehingga Rasulullah
pun memerintahkan secara khusus agar kaum muslimin memperhatikan pendidikan
anak-anaknya. Beliau sadar bahwa anak-anak ini adalah penerus generasi yang
akan mengenggam generasi islam selanjutnya, sehingga pendidikan keislaman akan
selalu terjaga dari generasi ke generasi.
Sekolah pertama bagi anak adalah
ibu. Jika seorang ibu mampu mendidik anaknya dengan baik maka ia telah
menyiapkan generasi yang baik yang akan memberikan manfaat baginya dunia dan
akhirat, namun jika sebaliknya maka ia telah memetik buah kegagalan dalam
hidupnya. Posisi wanita dalam islam sangat penting terutama untuk
melahirkan dan mendidik
generasi-generasi robbani. Sehingga penting bagi seorang wanita untuk menambah
wawasannya sebagai bekal untuk mendidik anak-anaknya. Jika kita telaah sejarah
para ulama terdahulu , akan kita dapati bahwa rahasia kagungan mereka berasal
dari peran seorang ibu dalam menanamkan prinsip-prinsip kebaikan.
Sebut saja Sufyan ats-Tsaury,
beliau adalah tokoh besar Tabiut – Tabi’in bahkan beliau disebut amirul mukminin fil hadist (pemimpin
dalam masalah hadist). Beliau memilki ibu yang sholehah yang pintar. Beliau selalu
memberi semagat dalam menimba ilmu.
Diantara ucapan ibu Sufyan
ats-Tsuri yang sangat bijak adalah “Anakku, jika engkau menulis 10 huruf,
lihatlah! Apakah kau jumpai dalam dirimu bertambah rasa takutmu (kepada Allah),
kelemah-lembutanmu, dan ketenanganmu?Jika tidak kau dapati hal itu, ketahuilah
ilmu yang kau catat berakibat buruk bagimu.Ia tidak bermanfaat untukmu”.
Kisah seorang Imam Syafi’i, beliau
adalah seorang imam besar yang cerdas dan memiliki kedalaman pemahaman agama. Beliau
telah mempelajari Al Qura’an dan menghatamkan hafalanya saat berusia 7 tahun
dan bisa berkuda dan memanah saat berusia 15 tahun. Namun dibalik itu semua, Ibunyalah yang
membesarkan, mendidik, dan memperhatikannya karena ayah Imam asy-Syafi’i wafat
dalam usia muda.
Imam asy-Sayfi’i bercerita
tentang masa kecilnya, “Aku adalah seorang anak yatim. Ibukulah yang
mengasuhku. Namun ia tidak memiliki biaya untuk pendidikanku… …aku menghafal
Alquran saat berusia 7 tahun. Dan menghafal (kitab) al-Muwaththa saat berusia
10 tahun. Setelah menyempurnakan hafalan Alquranku, aku masuk ke masjid, duduk
di majelisnya para ulama. Ku hafalkan hadits atau suatu permasalahan. Keadaan
kami di masyarakat berbeda, aku tidak memiliki uang untuk membeli kertas. Aku
pun menjadikan tulang sebagai tempat menulis”.
Contoh kedua tokoh besar di atas tentu
tidak terlepas dari peranan ibunya yang merupakan seorang muslimah yang cerdas
dan pelajar ilmu agama. Oleh sebab itu calon ibu haruslah memiliki wawasan
keagamaan dan akhlak yang mulia, karena cerminan generasi selanjutnya bisa
dilihat dari akhlak para wanitanya. Pendidikan seorang wanita sangatlah penting
karena ia adalah ibu di masa depan, pendiri hari esok yang tak lama lagi akan
tiba, pencetak pahlawan dan penggerak sejarah.
Apakah anda termasuk orang yang
turut andil dalam memperbaiki masyarakat dengan mendidik anak dan saudara
perempuan anda sendiri?
Sign up here with your email
Emoticon Emoticon